Pertanyaan Dari: Untung Sutrisno, Jl. Gn. Bentang 13 RT 05/13 Perum Panglayungan
Tasikmalaya (disidangkan pada hari Jum'at, 27 Syawal 1430 H / 16 Oktober 2009)
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Di kampung kami ada yang
menyelenggarakan Maulid Nabi tapi ada sebagian yang mengatakan tidak perlu diselenggarakan. Bagaimana menurut
Majelis Tarjih mengenai hal ini?
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.
Pertanyaan tentang penyelenggaraan peringatan Maulid
Nabi Muhammad saw seperti yang saudara sampaikan pernah ditanyakan dan telah
pula dijawab oleh Tim Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah. Untuk itu, kami
sarankan saudara membaca kembali jawaban-jawaban tersebut, yaitu terdapat dalam
buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah Jilid IV, Cetakan Ketiga,
halaman 271-274, Majalah Suara Muhammadiyah No. 12 Tahun Ke-90 16-30 Juni 2005
dan juga di Majalah Suara Muhammadiyah No. 1 Tahun Ke-93 1-15 Januari 2008.
Namun demikian, berikut ini akan kami sampaikan ringkasan dari dua jawaban yang
telah dimuat sebelumnya tersebut.
Pada prinsipnya, Tim Fatwa belum pernah menemukan dalil
tentang perintah menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi saw, sementara itu
belum pernah pula menemukan dalil yang melarang
penyelenggaraannya. Oleh sebab itu, perkara ini termasuk dalam perkara ijtihadiyah
dan tidak ada kewajiban sekaligus tidak ada larangan untuk melaksanakannya.
Apabila di suatu masyarakat Muslim memandang perlu menyelenggarakan peringatan
Maulid Nabi saw tersebut, yang perlu
diperhatikan adalah agar jangan sampai melakukan perbuatan yang dilarang serta harus atas dasar
kemaslahatan.
Perbuatan yang dilarang di sini,
misalnya adalah perbuatan-perbutan bid'ah dan mengandung unsur syirik serta
memuja-muja Nabi Muhammad saw secara berlebihan, seperti membaca wirid-wirid
atau bacaan-bacaan sejenis yang tidak jelas sumber dan dalilnya. Nabi Muhammad
saw sendiri telah menyatakan dalam sebuah hadis:
Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ra., ia berkata: Aku
mendengar Nabi saw bersabda: Janganlah kamu memberi penghormatan
(memuji/memuliakan) kepada saya secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani
yang telah memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada Isa putra Maryam.
Saya hanya seorang hamba Allah, maka katakan saja hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR.
al-Bukhari dan Muslim]
2
Allah SWT telah menegaskan dalam al-Quran, bahwa Rasulullah Muhammad saw adalah sebaik-baiknya suri teladan bagi umat manusia. Allah berfirman, artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. al-Ahzab (33): 21]
Wallahu a'lam bish-shawab.
Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah No. 23, 2009
0 Comments: